Cari Sesuatu Tentang Bali Disini
16 July 2011
Berita Bali - Rayakan Kuningan dengan "Masuryak"
Tabanan, Warga di Desa Bongan, Tabanan, memiliki ritual unik untuk merayakan hari raya Kuningan, Sabtu (16/7) kemarin. Umat setempat menggelar upacara masuryak, menyebarkan uang usai menggelar persembahyangan bersama. Ritual ini diyakini sebagai pengantar para leluhur kembali ke alam surga.
Dari sebelas banjar di Desa Bongan, Banjar Bongan Gede yang paling meriah menggelar masuryak. Ritual turun-temurun ini dimulai dengan bersembahyang di merajan keluarga. Lalu dilanjutkan mempersembahkan bebantenan di depan pintu gerbang rumah masing-masing. Sekitar pukul 10.00 wita, ritual masuryak dimulai.
Usai mempersembahkan sesaji, seluruh anggota keluarga melempar uang ke atas. Uang dalam berbagai pecahan rupiah ini menjadi rebutan warga. Mulai lembaran Rp 1.000 hingga Rp 100.000. Begitu uang dilempar, warga langsung berebut. Bahkan tak jarang saling sodok. Akibatnya, sejumlah warga terjatuh dan mengalami luka lecet.
Klian Adat Bongan Gege, Made Wardana, menjelaskan ritual masuryak merupakan puncak dari perayaan hari raya Galungan dan Kuningan di kampungnya. Tradisi melempar uang ini, kata dia, untuk mengantarkan para leluhur setelah sepuluh hari turun dari surga selama perayaan Galungan. ''Kami meyakini leluhur pulang ketika Tumpek Kuningan. Karena itu, kami mengantarkanya dengan bersorak-sorai sambil melemparkan uang,'' katanya.
Melempar uang itu menurutnya juga memiliki makna kemakmuran. Uang disimbolkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widi. Jumlah uang yang disebarkan ini tergantung kemampuan keluarga masing-masing. Bahkan bagi yang mampu bisa mencapai sekitar Rp 26 juta. Tradisi mengantar leluhur ini juga dikenal dengan istilah ngulihang.
Tokoh warga setempat, Wayan Astika, menuturkan, zaman dahulu tradisi masuryak menggunakan uang kepeng. Seiring perkembangan zaman, tradisi ini berubah memakai lembaran rupiah. Karena itu, selalu ditunggu warga untuk mendapatkan rezeki tambahan. Tak heran, meski ada yang terluka karena terjatuh, mereka tetap bersemangat mengikuti masuryak. Selain warga setempat, masuryak juga menarik warga dari luar daerah. Namun, mereka hanya menonton ritual unik tersebut.