Cari Sesuatu Tentang Bali Disini

15 May 2012

Budaya Bali: Tari Gebug Ende yang Masih Dipertahankan

Sebagai daerah wisata populer sudah sepantasnya kalau bali digempur dari sana-sini soal budaya karena sejatinya yang datang ke Bali bukan hanya turis nasional saja, melainkan turis asing dari berbagai macam suku dan bangsa yang memiliki karakter, adat-istiadat, dan kebudayaan yang berbeda. Meski demikian, yang patut diacungi jempol dari Bali karena meski gempuran modernitas begitu masif menerjang namun mayoritas masyarakatnya tak sedikitpun melupakan akar sejarah dan tradisi nenek moyangnya yang sudah sewajibnya dipertahankan sampai kapanpun.


Salah satunya ialah Tari Gebug Ende. Apa itu Gebug Ende? Secara gerakan, tarian ini memiliki gerakan yang hampir sama dengan gerakan silat namun yang membedakannya ialah pada sarana yang digunakannya. Tarian Gebug Ende menggunakan Tamiang (Perisai) yang terbuat dari kulit sapi dan rotan sebagai alat pemukulnya. Atraksi tarian ini tak ubahnya seperti perang tanding yang saling berbalas pukulan diantara pesertanya.

Istilah Gebug Ende ini juga dikenal dengan Gebug Seraya didasarkan pada daerah dimana kesenian ini berasal. Gebug Ende ini hanya dimainkan oleh para pria dewasa maupun anak-anak. Soal asal kata, Gebug Ende sendiri berasal dari kata ”Gebug” dan “Ende”. Gebug artinya memukul dimana alat pemukulnya berupa rotan yang panjang sampai sekitar 1,5 – 2 meter. Sedangkan alat yang digunakan untuk menangkisnya bernama Ende.

Ende ini dibuat dari kulit sapi yang telah dikeringkan yang kemudian dianyam berbentuk lingkaran. Diceritakan Jaman dahulu krama desa seraya adalah prajurit perang Raja Karangasem yang ditugaskan untuk “menggebug” atau menyerang Lombok. Setelah jaman kerajaan, jiwa dan semangat kesatria seraya masih tetap menyala hingga kini. Disesuaikan perkembangan jaman maka terciptalah sebuah tarian Gebug Ende yang secara turun temurun dapat kita saksikan hingga kini.

Areal Pertunjukkan

Areal Gebug Ende dapat ditentukan dimana saja asalkan medannya datar. Tidak ada ukuran yang pasti untuk menentukan areal ini disesuaikan dengan kondisi areal saja. Sementara untuk menjaga keamanan pemain dari desakan penonton lapangan pun dibatasi dengan pembatasa yakni tali. Para Juru Banten pun melakukan ritual permohonan berkat agar permainan Gebug Ende ini dapat memberikan keberhasilan dan kemakmuran bagi Krama Seraya.

Tarian ini biasa digelar di beberapa desa di Kecamatan Gerokgak.

Selamat Menyaksikan!

Jangan Lupa Follow @LintasBali On Twitter

Agen Properti Terpercaya di Bali